FILSAFAT
PENDIDKAN ISLAM
HAKIKAT ALAM
DALAM KEHIDUPAN MANUSIA MENURUT ISLAM
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9
AVISSA PURNAMA
YANTI (1211050005)
MERI ROLISA
FITRI (1211050155)
PENDIDIKAN
MATEMATIKA E
LINAWATI , M.Pd.I
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI ( IAIN )
RADEN INTAN
LAMPUNG
2012
|
Puji
syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT,atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Namun,kami
yakin masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan makalah ini.Oleh
karena itu,kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
agar menjadi bahan masukan bagi kami untuk memperbaiki pada
makalah-makalah yang selanjutnya.
Akhirnya,kami
selaku penulis berharap,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi
mahasiswa/mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung.
Bandar
Lampung,12 Oktober 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
1
1.3 Tujuan................................................................................................ 2
1.4 Tinjauan Pustaka................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Alam...................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Alam...........................................................................3
2.1.2 Asal Mula Alam Semesta.............................................................4
2.1.3 Penciptaan Alam Semesta............................................................5
2.1.4 Tujuan Penciptaan Alam Semesta.................................................6
2.2 Manusia......................................................................................... ....8
2.2.1 Pengertian Manusia......................................................................8
2.2.2 Penciptaan Manusia....................................................................10
2.2.3 Tujuan Hidup Manusia................................................................12
2.3 Hubungan Manusia dengan Alam................................................. .....14
2.4 Pandangan Islam Tentang Alam dan Kedudukan
Manusia..................16
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan.......................................................................................19
3.2 Saran................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................20
|
|
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Alam semesta diciptakan oleh Allah
sebagai tempat berlangsungnya kehidupan dan sebagai tanda dari kekuasaan
Allah.Bahwa Allah berada di atas seluruh ciptaannya.Allah adalah satu-satunya
Tuhan dan tidak bersandar kepada apa pun yang ada di alam ini.
Allah
merancang alam serta ciptaannya untuk kepentingan manusia.Namun,bukan untuk
menaklukkan seluruh alam semesta,akan tetapi menjadikannya sebagai fasilitas
dan sarana ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan dari potensi manusia yang
sudah ada sejak ajali.
Alam
semesta adalah media pendidikan sehingga manusia dapat mempelajari segala macam
ilmu baik tersirat mau pun tersurat.Mempelajari apa sebenarnya fungsi,tujuan
dan manfaat alam semesta bagi manusia melalui pendalaman kejadian dan awal
proses alam semesta ada.
Di
alam semesta ini,manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa komponen lain karena
antara manusia dan alam semesta saling membutuhkan dan saling melengkapi satu
sama lain.Dimana alam semesta ini butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya
sedangkan manusia butuh alam semesta sebagai sarana berinteraksi dengan manusia
lainnya.
Berdasarkan latar belakang di atas,maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
Bagaimana
hakikat alam dalam kehidupan manusia menurut islam ?
Dan
berdasarkan rumusan masalah di atas,maka penulis mengambil judul “HAKIKAT ALAM DALAM
KEHIDUPAN MANUSIA
MENURUT ISLAM”.
1.3
Tujuan
Ada
pun tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Memenuhi
tugas dari Dosen;
2. Memberikan
pengetahuan kepada pembaca tentang hakikat alam dalam kehidupan manusia menurut islam;
3. Menambah
wawasan baik pembaca mau pun penulis tentang hakikat alam dalam kehidupan
manusia menurut islam;
4. sebagai
sarana pelatihan dalam melakukan penelitian suatu objek dan penyusunan makalah
agar dapat bermanfaat bagi pendidikan selanjutnya.
1.4
Tinjauan Pustaka
Dalam
pembuatan makalah ini,kami menggunakan metode pengambilan data dari buku-buku
(refrensi).Cara ini kami gunakan agar informasi yang kami dapatkan lebih
akurat,dan tidak hanya itu,kami juga mengambil beberapa informasi dari
internet.
|
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Alam
2.1.1
Pengertian Alam
Istilah
alam yang biasa kita pakai adalah alam semesta,jagat raya,universe (inggris).Alam
dalam pandangan Filsafat Pendidikan Islam dapat dijelaskan bahwa alam berasal
dari bahasa arab ‘alam yang seakar dengan ‘ilmu (pengetahuan) dan
‘alamat(pertanda).Ketiga istilah tersebut mempunyai korelasi makna.Alam sebagai
ciptaan Tuhan merupakan identitas yang penuh hikmah.Dengan memahami
alam,seseorang akan memperoleh pengetahuan.Dengan pengetahuan itu,orang akan
mengetahui tanda-tanda atau alamat akan adanya Tuhan.
Istilah
alam dalam Al-Qur’an datang dari bentuk jamak ‘alamiina,disebut sebanyak 73
kali yang termaktub dalam 30 surat.Pemahaman kata ‘alamin,merupakan bentuk
jamak dari keterangan Al-Qur’an yang mengandung berbagai interpretasi pemikiran
bagi manusia.[1]
Dalam
bahasa latin,dunia atau alam semesta disebut dengan cosmos.Sedangkan ilmu
tentang alam dunia disebut cosmologi dan teori tentang penciptaan alam semesta
disebut cosmogony.Cosmogoni berasal dari bahasa yunani kosmos (dunia,alam raya)
dan gignesthai (lahir).Terkadang digunakan sebagai sinonim dengan kosmogoni.
|
1. Teori
tentang asal mula alam semesta.Dapat diungkapkan dalam bentuk
mitos,spekulasi,atau ilmu pengetahuan;
2. Penelitian
sistematis tentang asal usul alam semesta;
3. Cabang-cabang
astronomi yang mencari tahu asal-usul dan perkembangan benda-benda langit
beserta sistem-sistemnya;
4. Istilah
ini mengacu pada uraian,kisah,laporan tentang asal dunia, dan berlaku sama untuk
uraian-uraian spekualatif para astronom modern, dan laporan mitis yang kurang
canggih.[2]
Bagi
kaum katalog,mendefinisikan alam sebagai “segala sesuatu selain Allah”.Bagi
filosof Islam,alam didefinisikan sebagai kumpulan maddat (materi) dan shurat
(bentuk) yang ada di muka bumi dan di langit.Sedangkan menurut perspektif
Al-Qur’an,alam adalah kumpulan yang sejenis dari makhluk Tuhan yang berakal
atau memiliki sifat-sifat yang mendekati makhluk berakal.
2.1.2
Asal Mula Alam Semesta
Mengenai
asal mula alam semesta Allah telah menjelaskan
di dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 30 yang artinya sebagai berikut
:
"Dan apakah orang-orang yang
kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang
beriman?"
Keterangan
yang diberikan Al-Qur’an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan
masa kini.Kesimpulan yang di dapat astrofisika saat ini adalah bahwa
keseluruhan alam semesta,beserta dimensi materi dan waktu,muncul menjadi ada
sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang terjadi dalam sekejap.Peristiwa
ini dikenal dengan istilah “Bing Bang”,membentuk keseluruhan alam sekitar 15
milyar tahun lalu.Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari
ledakan satu titik tunggal.Kalangan ilmuan modern menyetujui bahwa Bing Bang
merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai
asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.Dari ayat
tadi dapat diketahui bahwa bumi dan langit serta semesta raya itu
diciptakan,tidak muncul secara kebetulan.[3]
2.1.3
Penciptaan Alam Semesta
Al-Qur’an
telah menjelaskan bahwa sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini,sudah
terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera
di dalamnya.Gambaran jelasnya,bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan
merujuk pada segala yang tertuang dalam
Al-Qur’an.
Dengan
kata lain,kejadian dunia ini adalah sebagai “cermin manifestasi” dan “kenyataan
lahir” dari rencana Allah yang sebenarnya telah diberitahukan kepada manusia
lewat Al-Qur’an,sebelum kejadian tersebut terjadi,dengan tidak ada tekanan
apakah manusia mau atau tidak memahaminya.
AL-Rasyidin
mengungkapkan bahwa Allah Swt menciptakan alam semesta ini tidak sekaligus atau
sekali jadi,akan tetapi melalui beberapa tahapan,masa atau proses.Dalam
sejumlah surah,Al-Qur’an selalu menggunakan istilah fi sittah ayyam,yang dapat
diterjemahkan dalam arti enam hari,enam masa,enam periode.Ada pun ayat yang
menjelaskan tersebut adalah Al-Araf : 54.
“Sesungguhnya
Tuhan kamu adalah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.Kemudian dia
bersemayam di atas ‘Arst untuk mengatur segala urusan.Tiada seorang pun yang
akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya.(Dzat) yang demikian itu
adalah Allah,Tuhan kamu.Maka sembahlah dia.Maka apakah kamu tidak mengambil
pelajaran?”
Dari
keterangan panjang di atas,mengenai penciptaan alam semesta alam semesta
ini,maka Al-Qur’an telah menerangkan bahwa alam diciptakan oleh Allah Swt
melalui tahapan dan proses dan tidak terjadi sekaligus.Dalam hal ini penulis
mengambil kesimpulan bahwa :
1. Alam
semesta diciptakan oleh Allah secara bertahap dan berproses;
2. Penciptaan
alam semesta terbentuk melalui enam masa atau enam hari atau enam periode.[4]
2.1.4
Tujuan Penciptaan Alam Semesta
Dalam perspektif Islam, tujuan
penciptaan alam semesta pada dasarnya adalah sarana untuk menghantarkan manusia
pada pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan dan kemahakuasaan Allah
Swt.Keberadaaan alam semesta merupakan petunjuk yang jelas tentang keberadaaan
Allah Swt. Oleh karena itu,dalam mempelajari alam semesta, manusia akan sampai
pada pengetahuan bahwa Allah Swt adalah Zat yang menciptakan alam semesta.
Omar menjelaskan bahwa alam semesta
tercipta diperutukkan untuk manusia sebagai penerima amanah dengan menjadi
khalifah di muka bumi ini. Alam dapat menjadi sumber ilham melalui potensi akal
yang diberikan Allah swt kepada manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan
hakikat-hakikat yang terdapat di dalam alam semesta ini.Lebih lanjut beliau
menjelaskan bahwa manusia akan memperoleh manfaat dan keuntungan yang amat
besar apabila manusia tersebut mampu dan mengerti dalam memanfaatkan apa saja
yang terdapat di alam semesta ini.
Al-qur`an dalam hal ini menjelaskan bahwa penciptaan alam
semesta bertujuan bukan menjadi seteru bagi manusia, bukan menjadi penghambat
manusia dalam berpikir dan berkembang, juga bukan menjadi musuh manusia, akan
tetapi alam semesta diciptakan oleh Allah Swt untuk bekerjasama dengan manusia
dengan menggunakan alam sebagai sumber dan mediasi untuk mendapatkan respon
ilmu, yang dapat membantu mereka dalam menjalankan amanah yang telah diberikan
Allah Swt sebagai khalifah dalam menjalankan roda kehidupan dan serta dalam
menjalankan kemaslahatan umat manusia seluruhnya.Kemudian juga di terangkan
bahwa alam semesta merupakan ladang ilmu bagi manusia yang darinya dapat
diperoleh berbagai manfaat dalam memenuhi segala kebutuhan manusia yang pada
akhirnya manusia itu akan dituntut untuk dapat mensyukuri atas apa-apa yang
mereka peroleh dan mereka nikmati dari pemberian Allah swt. Hal ini terlihat
dari firman Allah swt dalam surat an-nahl:14 yaitu:
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan
lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan),
dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat
bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari
karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur”.
Untuk lebih jelas bagaimana hakikat
dari tujuan serta fungsi penciptaan alam semesta adalah sebagai berikut:
1. Penciptaan alam semesta bertujuan
untuk memperlihatkan kepada manusia bahwa Allah swt adalah Maha Pencipta
seluruh alam dengan segala kemuliaanNya dan segala kekuasaanNya (Q.S Al-Dukhan
: 38-39);
2. Al-qur`an secara tegas menyatakan
bahwa tujuan penciptaan alam semesta ini adalah untuk memperlihatkan kepada
manusia akan tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan Allah Swt ( Q.S Fushshilat : 53);
3. Alam semesta diciptakan sebagai
bahan dan sumber pelajaran serta pengamatan bagi manusia untuk menggali
khazanah rahasia Allah Swt dengan akal dan pengamatan untuk dapat menyumbangkan
suatu kebajikan dan faedah manusia seluruhnya yang pada akhirnya manusia akan
memahami apa hakikat diciptakannya alam (Q.S Yunus : 4);
4. Alam semesta diciptakan Allah Swt
untuk kepentingan manusia, untuk memenuhi kebutuhan manusia selama hidup di permukaan
bumi ini.(Q.S Ibrahim : 33);
5. Alam semesta ini diciptakan
bertujuan untuk menunjuk manusia sebagai Khalifah yang mengemban amanah dari
Allah.(Q.S Al-baqarah: 30).[5]
2.2
Manusia
2.2.1 Pengertian Manusia
Manusia
dalam bahasa inggris disebut man .Arti dasar dari kata ini tidak jelas tetapi
pada dasarnya dapat dikaitkan dengan mens (latin) yang berarti “ada yang
berfikir”.Demikian halnya arti kata anthropos (yunani) tidak begitu
jelas.Semula anthropos berarti “seseorang yang melihat ke atas”.Sekarang kata
ini di pakai untuk mengartikan “wajah manusia”.Dan akhirnya homo bahasa latin
yang artinya “orang yang dilahirkan di atas bumi”.
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia manusia diartikan sebagai “makhluk yang berakal
budi” (mampu mengusai makhluk yang lain).Sedangkan menurut Endang Saifuddin
Anshari manusia adalah hewan yang berfikir.Berfikir adalah bertanya.Bertanya
adalah mencari jawaban.Mencari jawaban adalah mencari kebenaran.Mencari jawaban
tentang Tuhan,alam,manusia,artinya mencari kebenaran tentang Tuhan,alam dan
manusia.Jadi,pada akhirnya manusia adalah makhluk pencari kebenaran.
Al-Qur’an
memperkenalkan tiga kata istilah yang digunakan untuk untuk menunjuk pengertian
manusia.Ketiga kata tersebut adalah al-basyar,al-insan dan an-nas.Ahmad tafsir
memasukkan bani Adam sebagai istilah yang digunakan untuk menunjuk pengertian
manusia.Meski pun kenyataannya menunjuk arti pada manusia.[6]
Al-insan
memiliki akar kata nasiya bermakna lupa.kata Al-Insan disebutkan dalam al-Qur’an
sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat.Quraish Shihab memakai kata
al-Insan sebagai semua manusia.Kata al-Insan juga dapat menunjukkan pada proses
kejadian manusia.Jika ditinjau lebih jauh dan mendalam maka penggunaan kata
al-Insan mengandung 2 dimensi.Pertama ,dimensi tubuh (dengan berbagai
unsurnya).Kedua,dimensi spiritual (ditiupkan roh kepada manusia).Dengan
demikian kedua dimensi tersebut,memberikan suatu penegasan bahwa kata al-Insan
mengandung makna keistimewaaan manusia.
Sedangkan
basyar merupakan bentuk jamak dari kata basyarah bermakna kulit,kepala,wajah
dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut (abudin nata,2005:82-83).Dengan
demikian,kata basyar selalu mengacu kepada manusia dari aspek biologis,seperti
mempunyai bentuk tubuh,makan dan minum,dan lain-lain.
Kata
an-Nas disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 241 kali yang tersebar dalam 53
surat (Abuddin Nata,2005:82-83).Kata an-Nas menunjukkan pada hakikat manusia sebagai
makhluk sosial.
Sedangkan
penggunaan nabi Adam karena manusia merupakan turunan nabi Adam as.Manusia dan
nabi pertama yang diciptakan Allah Swt adalah Adam as.dijuluki sebagai abu
basyar (nenek moyang manusia).
Sedangkan
menurut Ibnu Khaldun manusia adalah “makhluk sosial,yang mengandung arti bahwa
seorang manusia tidak dapat berdiri sendirian dan eksistensinya tidaklah
terlaksana kecuali dengan kehidupan bersama.Dia tidak akan mampu menyempurnakan
eksistensi dan mengatur kehidupannya dengan sempurna secara
sendirian.Benar-benar sudah menjadi wataknya,apabila manusia butuh bantuan
dalam memenuhi kebutuhannaya”.
2.2.2
Penciptaan Manusia
Menurut
Al-Qur’an,manusia adalah ciptaan Allah yang terdiri dari air,tanah,debu,tanah
liat,sari pati tanah,sari pati air yang hina dan tanah hitam seperti
tembikar.Dari berbagai perspektif ayat tersebut dapat dipahami bahwa manusia
terdiri dari 2 unsur yaitu tanah dan air.
Manusia
diberikan oleh Allah kelebihan.Kelebihan manusia adalah :
1. Dijadikan
Allah sebagai khalifah (wakil) di bumi;
2. Dimuliakan
oleh Allah dan diberi kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain;
3. Diberi
alat indara dan akal;
4. Tempat
tinggal yang baik dibandingkan dengan makhluk lain dan diberi rezeki;
5. Memiliki
proses regenerasi yang teratur melalui perkawinan;
6. Diberi
daya berusaha dan usahanya dihargai.
Ada
pun kelemahan manusia ialah sebagai berikut :
1. Manusia
memiliki kecenderungan nakal;
2. Manusia
itu sombong,tidak mau berterima kasih,dan mudah putus asa;
3. Manusia
ituu senamg mencelakakan dirinya sendiri;
4. Manusia
itu senang membantah;
5. Manusia
itu bersifat tergesa-gesa;
6. Manusia
itu pelit;
7. Manusia
itu adalah makhluk yang suka mengeluh;
8. Manusia
itu mempunyai kecenderungan untuk berbuat maksiat terus-menerus dan bertindak
melampai batas.
Al-Qur’an
juga menjelaskan bahwa manusia memiliki fitrah.Fitrah ialah potensi.Potensi
manusia adalah sebagai berikut :
1. Sebagai
makhluk sosial;
2. Sebagai
makhluk yang ingin beragama;
3. Manusi
itu mencintai wanita dan anak-anak;
4. Manusia
itu mencintai harta benda yang banyak dari emas dan perak;
5. Mencintai
kuda-kuda pilihan (kendaraan di zaman sekarang);
6. Mencintai
ternak dan sawah ladang.
Selain
fitrah di atas ,manusia memiliki fitrah yang positif yaitu yang mengajak kepada
kebaikan.Disamping fitrah manusia juga memiliki iman.Iman bukan di kepala atau
jasmani.Sejauh ini peneliti barat juga yang tekah sampai pada temuan tertentu
tentang ini.Mereka mengatakan bahwa kesejatian manusia adalah emosi (maka EQ
seseorang haruslah tinggi),ada juga yang kelihatannya lebih mau dengan
mengatakan inti manusia adalah spirit maka SQ seseorang haruslah tinggi.
Dalam
Islam,potensi yang dimiliki manusia banyak ragamnya.Abdul Mujib (2006:53-63)
menguraikan potensi bawaan manusia,antara lain :
1. Al-Fitrah
( sifat alamiah );
2. Struktur
Manusia;
3. Al-Hayyan
( vitality );
4. Al-Khulukq
( karakter );
5. Al-Sajiah
( keahlian atau bakat );
6. Al-amal
( prilaku ).[7]
2.2.3
Tujuan Hidup Manusia
Allah menciptakan alam semesta (termasuk manusia) tidaklah
dengan palsu dan sia-sia (QS. As-Shod ayat 27). Segala ciptaan-Nya mengandung
maksud dan manfaat. Oleh karena itu, sebagai makhluk yang paling mulia,
sekaligus sebagai khalifah di muka bumi, manusia harus meyadari terhadap tujuan
hidupnya. Dalam konteks ini, al-Qur’an menjelaskan, bahwa manusia memiliki bebrapa
tujuan hidup, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Menyembah Kepada Allah (Beriman)
Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah ada dengan
sendirinya. Manusia diciptakan oleh Allah dengan dibekali potensi dan
infrastruktur yang sangat unik. Keunikan dan kesempurnaan bentuk manusia ini
bukan saja dilihat dari bentuknya, akan tetapi juga dari karakter dan sifat
yang dimiliki oleh manusia. Sebagai ciptaan, manusia dituntut memiliki
kesadaran terhadap posisi dan kedudukan dirinya di hadapan Tuhan. Dalam konteks
ini, posisi manusia dihadapan Tuhan adalah bagaikan “hamba” dengan “majikan”
atau “abdi” dengan “raja”, yang harus menunjukan sifat pengabdiaan dan
kepatuhan.
Sebagai agama yang haq, Islam menegaskan bahwa posisi
manusia di dunia ini adalah sebagai ‘abdullah (hamba Allah). Posisi ini
menunjukan bahwa salah satu tujuan hidup manusia di dunia adalah untuk mengabdi
atau beribadah kepada Allah. Yang dimaksud dengan mengabdi kepada Allah adalah
taat dan patuh terhadap seluruh perintah Allah, dengan cara menjalankan seluruh
perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya dalam segala aspek
kehidupan. Dalam hal ini, Allah Swt. menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa tujuan
hidup manusia adalah semata-mata untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya (QS.
Adz-Dzariyat ayat 56 dan QS. Al-Bayyinah ayat 5)
b. Memanfaatkan Alam Semesta
(Beramal)
Manusia adalah puncak ciptaan dan makhluk Allah yang
tertinggi. Sebagai makhluk tertinggi, disamping menjadi hamba Allah, manusia
juga dijadikan sebagai khalifah atau wakil Tuhan dimuka bumi (QS. al-Isra’ ayat
70). Di samping itu, Allah juga menegaskan bahwa manusia ditumbuhkan
(diciptakan) dari bumi dan selanjutnya diserahi untuk memakmurkan. Dengan
demikian, seluruh urusan kehidupan manusia dan eksistensi alam semesta di dunia
ini telah diserahkan oleh Allah kepada manusia.
Berdasarkan uraian di atas, maka sangat jelas bahwa dalam
kehidupannya manusia memiliki tujuan untuk memakmurkan alam semesta.
Implementasi tujuan ini dapat diwujudkan dalam bentuk mengambil i’tibar
(pelajaran), menunjukan sikap sportif dan inovatif serta selalu berbuat yang
bermanfaat untuk diri dan lingkungannya. Dalam konteks hubungannya dengan alam
semesta, dalam kehidupannya manusia memiliki tujuan untuk melakukan kerja
perekayasaan agar segala yang ada di alam semesta ini dapat bermanfaat bagi
kehidupannya. Dengan kata lain, tujuan hidup manusia yang semacam ini dapat
dikatakan dengan tujuan untuk “beramal”.
c. Membentuk Sejarah Dan Peradaban
(Berilmu)
Tujuan hidup manusia menurut al-Qur’an di muka bumi ini
adalah melakukan penyelidikan terhadap alam, agar dapat dimengerti hukum-hukum
Tuhan yang berlaku di dalamnya, dan selanjutnya manusia memanfaatkan alam
sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri, demi kemajuan sejarah dan peradabannya.
Manusia harus selalu iqra’ atau membaca alam semesta. Dengan
kata lain, manusia harus menjadikan alam semesta sebagai media mengembangkan
ilmu dan pengetahuannya. Oleh karena itu, tujuan manusia membentuk sejarah dan
peradaban ini dapat dikatakan sebagai tujuan menjadi manusia yang “berilmu”.[8]
2.3
Hubungan Manusia dan Alam
Manusia
dilakhirkan di atas dunia.Ia berada di dalam dunia.Akan tetapi beradanya
manusia di dalam dunia ini lain artinya dengan air di dalam gelas.Air dalam gelas adalah dua hal yang terpisah.Akan
tetapi manusia di dalam dunia menyatu dengan dunia.Manusia merupakan kesatuan
dengan dunia.Manusia tak dapat dipisahkan dari alam dunia.Hal ini berarti
manusia bukan pribadi dari alam sekitarnya,melainkan bersama-sama dengan
sekitarnya,baik sekitar fisik ,terutama sekitar sosial.Hubungan manusia dengan
sekitar fisik dan sosial ini bersifat kausal (sebab akibat).Pada satu sisi
manusia menimbulkan perubahan alam sekitar,tetapi pada sisi yang lain,manusia
dipengaruhi oleh alam sekitar.Faktor geografis,iklim,flora, dan fauna
berpengaruh pada pembentukan pribadi manusia yang tinaggal di tempat itu.Namun
dengan tangannya manusia pun mampu mengubah alam sekitar dan benda-benda alam
menjadi barang-baraabg yang berguna bagi kehidupannya.Dengan potensi
rohaninya,cipta,rasa dan karsanya manusia menciptakan berbagai barang yang
berarti bagi hidupnya dan membudayakan diri dan alam sekitarnya.Ilmu
pengetahuan dan teknolaogi adalah merupakan karya-karya manusia yang sangat
penting.Makin maju cara berfikir manusia,akan maju pula ilmu dan teknologinya
dan dengan demikian akan makin maju diri dan masyarakatnya.Dengan begitu,alam
sekitar makin dapat dikontrol dan dikendalikan oleh manusia.Jadi,manusia tidak
lagi sangat bergantung pada alam.Tetapi,justru sebailiknya manusialah yang
mengendalikan alam sekitarnya.
Demikian
pula sebaliknya,makin sederhana cara berfikir manusia,mereka makin tergantung
pada alam sekitar.Seperti dapat kita lihat pada masyarakat yang masih
primitif.Hidup mereka masih sangat tergantung pada alam sekitar.
Ada
masyarakat yang maju dan ada yang tidak.Hal ini dapt terjadi karena pada
manusia secara kodrati mempunyai potendi-potensi yang hanya bisa berkembang
bila ada rangsangan-rangsangan dari sekitar sosial ini,maka potensi-potensi
untuk berfikir ,berkreasi berbudaya dan sebagainya dapat berkembang.
Dari
hubungan timbal balik dengan orang-orang sekitarnya,maka terjadilah
rangsangan-rangsangan yang dapat memperkembangkan potensi-potensi alamiah
manusia.Hasil dari proses ini,manusia dapat berbudaya,berkarya dan
mencipta.Begitu pula masyarakat baru dapat berbudaya atau berkarya setelah
mengadakan pergaulan dengan jenis-jenis masyarakat yang lain,dalam rangka
menciptakan kebudayaan yang lebih besar,yang dapat dinikmati oleh lingkungan
yang lebih luas[9].Berkat
hubungan dengan sekitar,manusia dapat berkembang.Anak-anak tumbuh menjadi
dewasa,masyarakat yang sederhana dan terbelakang menjadi masyarakat yang kompleks
dan maju.
Berdasarkan
atas berbagai potensi-potensi kodrati manusia yang dapat berkembang dan untuk
menguasai serta mengelola alam sekitarnya,maka para ahli pikir dan ahli
filsafat memberikan sebutan pada manusia sesuai dengan kemampuan yang dapat
dilakukan manusia di dunia ini.
Sebutan-sebutan
itu ialah[10]
antara lain :
1. Homo
sapiens ;
2. Animal
rational ;
3. Homo
laquen ;
4. Homo
faber atau tool making animal ;
5. Zoon
politicon ;
6. Homo
economicus ;
7. Homo
religious.
2.4
Pandangan Islam Tentang Alam dan Kedudukan Manusia
2.4.1
Pandangan Islam Tentaang Alam
Berpegang
pada dalil-dalil Al-Qur’an yang ada,maka alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan
adalah untuk kepentingan manusia dan untuk dipelajari manusia agar manusia
dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai manusia di muka bumi ini.
Firman
Allah dalam Al-Qur’an yang artinya :
“Dia yang
menjadikan bumi bagimu dengan mudah kamu jalani,sebab itu berjalanlah kamu pada
beberapa penjurunya dan makanlah rezeki Allah dan kepada-Nya tempat kembali”.(Q,S
Al-Mulk : 15).
Firman
Allah lagi yang artinya :
“Dialah
(Allah) yang telah menjadi sekalian yang ada di bumi ini untuk kamu....(Q.S
Al-Baqoroh : 29).
Dari
ayat-ayat suci Al-Qur’an tersebut di atas,jelas bahwa Tuhan mencitakan manusia
untuk hidup di muka bumi ini dengan disertai bekal yang cukup demi kelangsungan
hidupnya,yaitu segala sesuatu di alam ini diciptakan untuk kepentingan manusia.
2.4.2
Kedudukan Manusia
a.
Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam.
Tuhan
telah melengkapi manusia dengan potensi-potensi rohaniah yang lebih dari
makhluk hidup lain,terutama potensi akal,makaa pada manusia juga dibebani
tugas,disamping tugas untuk memanfaatkan alam ini dengan sebaik-baiknya juga
tugas untuk memelihara dan melestarikan alam ini dan dilarang untuk merusaknya.
b.
Sebagai peneliti alam dan dirinya untuk mencari Tuhan.
Allah
memerintahkan pada manusia agar menggunakan akalnya,untuk mempelajari alam
semesta dan dirinya sendiri,kecuali untuk kemanfaatan hidupnya,juga untuk dapat
menggunakan nama Tuhannya yang telah menciptakan dirinya (beriman kepada
Allah).
c.
Sebagai khalifah (penguasa) di muka bumi.
Manusia
diberi kedudukan oleh Tuhan sebagai penguasa atau pemimpin,pengatur kehidupan
di muka bumi ini.( Q,S Al-An’am : 165).
d.
Sebagai makhluk yang paling tinggi dan paling mulia.
e.
Sebagai hamba Allah.
Kedudukan
sebagai hamba Allah ini memang menjadi tujuan Allah menciptakan manusia dan
makhluk-makhluk lainnya.
f.
Sebagai makhluk yang bertanggung jawab.
Setelah
dengan kemampuan akal manusia meneliti dunianya dan dirinya sendiri,dan
kemudian mengerti bahwa hakikat diciptakannya manusia dan alam semesta ini
semata-mata untuk menyembah kepada Tuhan,maka sebagai konsekuensinya diberikan
kedudukan yang istimewa oleh Tuhan pada
manusia.Maka manusia juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa-apa
yang telah dilakukan di atas dunia ini,kelak di akhirat.
g.
Sebagai makhluk yang dapat dididik dan mendidik.[11]
|
BAB
3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa alam semesta tercipta diperutukkan untuk manusia sebagai
penerima amanah dengan menjadi khalifah di muka bumi ini untuk mengatur,
menjaga,dan memelihara alam ini.Alam dapat menjadi sumber ilham melalui potensi
akal yang diberikan Allah swt kepada manusia untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan.Alam semesta diciptakan untuk memperlihatkan kepada manusia bahwa
Allah swt adalah Maha Pencipta seluruh alam dengan segala kemuliaanNya dan
segala kekuasaanNya serta untuk memperlihatkan kepada manusia akan tanda-tanda
keberadaan Allah Swt.Alam semesta juga diciptakan oleh Allah untuk memenuhi
kebutuhan manusia selama hidup di permukaan bumi ini dan sebagai bahan dan
sumber pelajaran serta pengamatan bagi manusia untuk mendapatkan kebahagiaan
haqiqi yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat.
3.2
Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca
pada umumnya khususnya kepada mahasiswa/mahasiswi IAIN Raden Intan Lampung agar
dapat mengaplikasikan dan mengamalkan hakikat alam terhadap manusia mau pun
fungsi adanya manusia untuk alam sehingga dapat tercipta hubungan harmonis
antara alam dan manusia.
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Arif Fakhrudin,Mag dkk.2010.Al-Hidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka.Jakarta : Kalim.
A.Haris Hermawan,Mag.2009.Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta : Direktorat Jendarl Pendidikan
Islam Depertemen Agama.
Prof.Dr.Kasmin Wurya ,Drs.Ali Syaifullah,H.1982.Pengantar Ilmu Jiwa Sosial.Jakarta :
Erlangga.
Drs.Syahminan Zaini.1980.Mengenal
Manusia Lewat Al-Qur’an.Surabaya.
Dra.Zuhairini dkk.2009.Filsafat
Pendidikan Islam.Jakarta : Bumi Aksara.
[1]http://makalahmajannii.blogspot.com/2011/11/hakikat-alam-semesta.html.di
acces tanggal 29 september 2012
[2] A.Haris
Hermawan M.Ag,Filsafat Pendidikan Islam
Cetakan 1,Jakarta,Derektorat Jendral Pendidikan Islam Depertemen Agama,2009,hlm.61.
[3] A.Haris
Hermawan M.Ag,Filsafat Pendidikan Islam
Cetakan 1,Jakarta,Direktorat Jendaral Pendidikan Islam Depertemen Agama,2009,hlm.63.
[4] http://makalahmajannii.blogspot.com/2011/11/hakikat-alam-semesta.html.
diacces tanggal 29 november 2012.
[5] Arif
Fakhrudin,M.Ag dkk,Al-Hidayah Al-Qur’an Tafsir
Perkata Tajwid Kode Angka Cetakan ,Jakarta,Kalim,2010,hlm.498,483,209,260,7.
[6] A.Haris
Hermawan,M.Ag,Filsafat Pendidikan Islam
Cetakan 1,Jakarta,Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Depertemen Agama,2009,hlm.44.
[7] A.Haris
Hermawan,M.Ag,Filsafat pendidikan Islam
Cetakan 1,Jakarta,Direktorat Jendaral Pendidikan Islam Depertemen Agama,2009,hlm.43-44.
[8] http://krapyak.org/2012/07/25/tujuan-hidup-manusia/.
Diacces tanggal 29 november 2012
[9]Prof.dr.Kasmiran
Wurya,Drs. Ali Syaifullah,Pengantar Ilmu
Jiwa Sosial,Jakarta,Erlangga 1982,hlm.53.
[10]
Drs.Syahminan Zaini,Mengenal Manusia
Lewat Al-Qur’an,Surabaya,1980,hlm 5-6.
[11]
Dra.Zuhairini,dkk,Filsafat pendidikan
Islam,Bumi Aksara,Jakarta,2009,hlm.33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar