judul

HEALTHY IS AMAZING ~ Avissa Purnama Yanti

Selasa, 23 Februari 2016

Pernyataan Majemuk (Konjungsi, Disjungsi, Implikasi dan Biimplikasi) Mata Kuliah Logika Matematika Semester 2



LOGIKA MATEMATIKA

PERNYATAAN MAJEMUK
( KONJUNGSI, DISJUNGSI, IMPLIKASI DAN BIIMLIKASI)


DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

1.     AVISSA PURNAMA YANTI                    ( NPM: 1211050005 )
2.     MUSHLIHAH ROHMAH                        ( NPM: 1211050121 )
3.     DWI NURHAYATI                                   ( NPM: 1211050117 )
4.     DINA BESTI                                            ( NPM: 1211050074 )
5.     IKE SAFARIDA                                       ( NPM: 1211050067 )
6.     FATURRONI ROSYIDIN                        ( NPM: 1211050217)

KELAS: MATEMATIKA E
SEMESTER 3

DOSEN
SUHERMAN, M.Pd


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
RADEN INTAN LAMPUNG
2013
KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami  menyadari bahwa makalah yang berjudul “ PERNYATAAN MAJEMUK ( KONJUNGSU, DISJUNGSI, IMPLIKASI DAN BIIMPLIKASI) ” ini tidak lepas dari bantuan semua pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1.      Bapak Suherman, M. Pd selaku dosen logika matematika;.
2.      Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Kami berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung. Amin.



Bandar Lampung, 4 0ktober 2013



Penulis







                                                                    ii
DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I  PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2      Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3      Tujuan............................................................................................... 2
1.4      Tinjauan Pustaka .............................................................................. 3

BAB II  PEMBAHASAN
2.1      Pernyataan Majemuk......................................................................... 4
2.1.1   Konjungsi ......................................................................................... 4
2.1.2   Disjungsi .......................................................................................... 6
2.1.3   Implikasi............................................................................................ 8
2.1.4   Biimplikasi...................................................................................... 10

BAB III  PENUTUP
3.1      Kesimpulan..................................................................................... 12
3.2      Saran............................................................................................... 12

DARTAR PUSTAKA……………………………………………………………13






     iii
BAB 1
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita dihadapkan pada suatu keadaan yang mengharuskan kita membuat suatu keputusan. Agar keputusan kita itu baik dan benar, maka terlebih dahulu kita harus dapat menarik kesimpulan-kesimpulan dari keadaan yang kita hadapi itu, dan untuk dapat menarik kesimpulan yang tepat diperlukan kemampuan menalar yang baik.

Kemamapuan menalar berkaitan dengan logika, logika adalah ilmu untuk berfikir dan menalar dengan benar. Secara bahasa, logika berasal dari kata “logos” (bahasa Yunani), yang artinya kata, ucapan, pikiran. Kemudian pengertian itu berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Logika dalam pengertian ini adalah berkaitan dengan argument-argument, yang mempelajari metode- metode dan prinsip-prinsip untuk menunjukkan keabsahan suatu argument, khususnya yang dikembangkan melalui penggunaan metode-metode matematika dan simbol-simbol matematika dengan tujuan untuk menghindari makna ganda dari yang biasa kita gunakan.[1]

Aristoteles adalah ahli filsafat pertama yang mengembangkan logika pada jaman Yunani kuno, sekitar tahun 400 SM. Kala itu logika dikenal dengan istilah Logika Tradisional. Pada pertengahan adad ke-18, G.W. Leibniz (1646-1716) adalah matematikawan pertama yang mempelajari Logika Simbolik. Kemudian pertengahan abad-19 George Boole (1815-1864), menulis buku “ Laws of thought” yang mengembangkan logika simbilik sebagai system matematika yang abstrak. Matematikawan lain yang berjasa dalam mengembangkan logika simbolik, diantaranya adalah Leonhard Euler (1707-1783), John Venn (1834-1923), dan Bertrand Russell (1872-1980).[2]
           

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.2.1        Apakah yang dimaksud kalimat majemuk?
1.2.2        Apa dan bagaimana proses konjungsi ?
1.2.3        Apa dan bagaimana proses disjungsi?
1.2.4        Apa dan bagaimana proses implikasi?
1.2.5        Apa dan bagaimana proses biimplikasi?
Dan berdasarkan rumusan masalah di atas,maka penulis mengambil judul “ PERNYATAAN MAJEMUK ( KONJUNGSI, DISJUNGSI, IMPLIKASI DAN BIIMPLIKASI”.


1.3  Tujuan

Ada pun tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah :
1.3.1        Memenuhi tugas dari Dosen;
1.3.2        Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang pernyataan majemuk (konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi);
1.3.3        Menambah wawasan baik pembaca mau pun penulis tentang pernyataan majemuk (konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi);
1.3.4        Sebagai sarana pelatihan dalam melakukan penelitian dalam penyusunan makalah agar dapat bermanfaat bagi pendidikan selanjutnya.


1.4  Tinjauan Pustaka
                                                                         
Dalam pembuatan makalah ini, kami menggunakan metode pengambilan data dari buku-buku (refrensi). Cara ini kami gunakan agar informasi yang kami dapatkan lebih akurat.



























BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pernyataan Majemuk
Pernyataan majemuk adalah pernyataan baru yang dibentuk dengan merangkaikan penyataan- pernyataan tunggal dengan kata sambung logika.[3] Operasi- operasi yang akan kita temui dalam kata sambung logika pertanyataan majemuk yaitu lambang ~, Λ, V, =>, dan  .[4] Untuk lebih jelasnya sebagai berikut: [5]
No. Urut
Operator
Arti
Rumusan Pernyataan
Nama
Lambang
1
Negasi
~
Tidak, bukan
~p
2
Konjungsi
Λ
Dan, tetap, meskipun
p Λ q
3
Disjungsi
V
atau
p V q
4
Implikasi
=>
Jika … maka …
p => q
5
biimplikasi
Jika dan hanya jika …maka ...
p q

      2.1.1  Konjungsi
A.  Pengertian
Konjungsi adalah operasi penggabungan dua buah pernyataan tunggal menjadi sebuah pernyataan majemuk dengan kata hubung “dan”. Konjungsi dari dua pernyataan p dan q ditulis “p Λ q”.[6]
B. Tabel Kebenaran Konjungsi
p
q
p Λ q
B
B
B
B
S
S
S
B
S
S
S
S

Keterangan :
·         p Λ q dibaca “p dan q”
·         p Λ q bernilai benar jika kedua-duanya bernilai benar dan jika salah satu atau keduanya bernilai salah maka konjungsi itu salah.[7]

Contoh:

1.      Diketahui p : 34 = 51  dan q : 2 + 5 = 7. Tentukan nilai kebenaran p q
Jawab:
P        : 34 = 51 bernilai salah
q        : 2 + 5 = 7 bernilai benar
p q  : 34 = 51 dan 2 + 5 = 7 bernilai salah

2.      p : Bung Hatta lahir di Sumatra Barat……………………………(B)
q : Bung Hatta meninggal di Jakarta……………………………..(B)
p q : Bung Hatta lahir di Sumatra Barat dan meninggal di Jakarta  (B)


C. Menentukan Nilai Kebenaran kalimat p(x) q[8]
Apabila p(x) suatu kalimat terbuka dan q suatu pernyataan maka dapat ditentukan nilai kebenaran kalimat p(x) q.
Contoh:
Tentukan nilai x agar kalimat “(2x + 1 = 11) 5 adalah bilangan prima” bernilai:
a.       benar         b.  Salah
jawab:
p(x): 2x + 1 = 11
q : 5 adalah bilangan prima……………………………….(B)
Agar kalimat p(x) q bernilai benar maka p(x) harus benar.
                        P(x): 2x + 1 = 11
                                2x = 10
                                  x = 5
Untuk x = 5 maka p(x): 2x + 1 = 11 bernilai benar, sehingga p(x) q bernilai benar. Untuk x ¹ 5 maka p(x) q bernilai salah.
x
p(x)
q
p(x) q
x = 5
B
B
B
x ¹ 5
S
B
S

a.
b.


     2.1.2   Disjungsi
A. Pengertian
Disjungsi adalah pernyataan majemuk dengan kata hubung atau.
Disjungsi dari pernyataan p dan q ditulis
p V q dan dibaca p atau q.

B. Tabel Kebenaran Disjungsi

p
q
p V q
B
B
B
B
S
B
S
B
B
S
S
S

Keterangan:
·         p V q dibaca p atau q
·         p V q bernilai benar jika salah satu dari keduanya bernilai benar dan jika kedua komponen bernilai salah maka konjungsi itu salah[9]
Contoh :
p     :    jumlah dari 2 dan 5 adalah 7 (pernyataan bernilai benar)
q     :    Tugu pahlawan terletak di Jakarta (pernyataan bernilai salah)
pq :    Jumlah dari 2 dan 5 adalah 7 atau Tugu pahlawan terletak di Jakarta (pernyataan bernilai benar)


C. Menentukan Nilai Kebenaran Kalimat p(x) V q

Perhatikan bahwa p(x) adalah kalimat terbuka dan q suatu pernyataan.
Contoh:
Tentukan nilai x agar kalimat x2 – 4 = 0  V  1 – (-1) = 0 bernilai salah
Jawab:
p(x): x2 – 4 = 0
        (x – 2)(x + 2) = 0
         x = 2 v  x = -2
q    : 1 – (-1) = 0    …………………………………………(S)
Maka kalimat p(x) V q salah jika p(x) bernilai salah
x
p(x)
q
p(x) V q
x =2, x = -2
B
S
B
x ¹2, x ¹-2
S
S
S

Jadi, agar x2 – 4 = 0  V  1 – (-1) = 0 bernilai salah maka x ¹2, x ¹-2[10]


      2.1.3 Implikasi
                  
A. Pengertian
Implikasi adalah pernyataan majemuk dengan kata hubung “jika .... maka .......”. Implikasi dari pernyataan p dan q dinotasikan dengan p q yang dibaca “jika p maka q” atau “p jika hanya jika q” atau “p syarat perlu bagi q” atau “q syarat cukup bagi p”.
Dari implikasi p q, p disebut anteseden atau sebab atau hipotesa
q disebut konsekuen atau kesimpulan atau konklusi.

B. Tabel Kebenaran Implikasi
p
q
p q
B
B
B
B
S
S
S
B
B
S
S
B
Keterangan:
p q Dari tabel tersebut, tampak bahwa implikasi selalu bernilai salah jika sebabnya benar dan akibatnya salah (dapat dilihat pada baris kedua).[11]
Contoh :
P       : 5 + 4 = 7 (pernyataan salah)
q       : Indonesia di benua eropa (pernyatan salah)
p q : Jika 5 + 4 = 7 maka Indonesia di benua eropa (pernyataan benar)


C. Menentukan Nilai Kebenaran Kalimat p(x) q
Contoh:
Diketahui p(x); x2 – 1 = 0 dan q: 2 x 3 = 6. Tentukan x agar p(x) q bernilai benar!
Jawab:
Oleh karena q bernilai benar, maka untuk p(x) bernilai benar atau salah, implikasi p(x) q tetap bernilai benar ( lihat table kebenaran implikasi berikut!)
x
p(x)
q
p(x) q
x =1, x = -1
B
B
B
x ¹1, x ¹ -1
S
B
B

Jadi, p(x) q atau (x2 – 1 = 0) (q: 2 x 3 = 6) bernilai benar untuk semua x ER.[12]


D. Menentukan Nilai Kebenaran Kalimat p(x) q(x)

Contoh:
Jika x = 2 maka x2 = 4. Tentukan nilai kebenarannya!
Jawab:
p(x): x = 2 (himpunan penyelesaian P= {2})
q(x): x2 = 4 (himpunan penyelesaian q= {-2, 2})
karena {2} C {-2, 2} atau P C Q maka (x =2) (x2 = 4) bernilai benar.
Sehingga, x > 1 x2 > 1         ………………(B)
                 x < 1 x2 < 1         ………………(S)[13]


     2.1.4  Biimplikasi
A. Pengertian
Biimplikasi adalah pernyataan majemuk dengan kata hubung “.......jika dan hanya jika............” dan dilambangkan .
Biimplikasi dari pernyataan p dan q ditulis p q yang dibaca p jika dan hanya jika q atau jika p maka q dan jika q maka p.


B. Tabel Kebenaran Biimplikasi    
p
q
p q
B
B
B
B
S
S
S
B
S
S
S
B
Keterangan:
Dari tabel kebenaran tersebut, tampak bahwa biimplikasi akan bernilai benar jika sebab dan akibatnya bernilai sama.
Contoh :
p : 3 + 10 =13 (pernyataan benar)
q : Persegi adalah memiliki sisi yang sama (pernyataan benar)
p q : 3 + 10 = 13 jika dan hanya jika persegi memiliki sisi yang sama (pernyataan benar)

C. Menentukan Nilai Kebenaran kalimat p(x) q
Contoh:
Tentukan x agar “2x + 3 = 13 5 adalah bilangan prima” bernilai: a. benar dan b. salah!
Jawab:
p(x): 2x + 3 = 13
q: 5 adalah bilangan prima
Karena q bernilai benar maka agar p(x) q bernilai benar, p(x) harus bernilai benar.
            2x + 3 = 13
            2x = 10
              x = 5
jadi, “2x + 3 = 13 5 adalah bilangan prima” bernilai benar untuk x = 5 dan bernilai salah untuk x ¹ 5.[14]










BAB 3
PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
3.1.1        Pernyataan majemuk adalah pernyataan baru yang dibentuk dengan sebuah rangkaian penyataan- pernyataan tunggal dengan kata sambung logika;
3.1.2        p Λ q bernilai benar jika kedua-duanya bernilai benar dan jika salah satu atau keduanya bernilai salah maka konjungsi itu salah;
3.1.3        p V q bernilai benar jika salah satu dari keduanya bernilai benar dan jika kedua komponen bernilai salah maka konjungsi itu salah;
3.1.4        p q selalu bernilai salah jika sebabnya benar dan akibatnya salah (dapat  dilihat pada baris kedua);
3.1.5        Biimplikasi akan bernilai benar jika sebab dan akibatnya bernilai sama.


3.2  Saran

Penulis menyarankan kepada pembaca pada umumnya khususnya kepada mahasiswa/mahasiswi IAIN Raden Intan Lampung agar dapat mengaplikasikan dan mengamalkan pengetahuan tentang pernyataan majemuk (konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi) sehingga dapat bermanfaat untuk kehidupan yang akan datang.







DAFTAR PUSTAKA


B. K. Noormandiri. 2007. Matematika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga

http://belajar-pintar.blogspot.com/pernyataan-majemuk/ diakses tanggal 28 September 2012 pukul 09.30

Netriwati. 2012. Matematika Dasar. Bandar Lampung: IAIN Raden Intan    Lampung

Tim Penyusun. 2009. Matematika. Surakarta: CV. Pratama Mitra Aksara




[1] Netriwati, Matematika Dasar, (Bandar Lampung: IAIN Raden Intan Lampung, 2012), hlm. 52-53
[2] B. K. Noormandiri, Matematika untuk SMA kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 171
[3] Nertriwati, Op. Cit., hlm. 56
[4] http://belajar-pintar.blogspot.com/pernyataan-majemuk/ diakses tanggal 28 September 2012 pukul 09.30
[5] B. K. Noormandiri, Op. Cit., hlm. 182
[6] Tim Penyusun, Matematika, (Surakarta: CV. Pratama Mitra Aksara, 2009), hlm. 5
[7] Ibid.
[8] B. K. Noormandiri, Op. Cit., hlm. 184
[9] Tim Penyusun, Op. Cit., hlm. 5
[10] B. K. Noormandiri, Op. Cit., hlm. 186 - 187
[11] Netriwati, Op. Cit., hlm 60-61
[12] B. K. Noormandiri, Op. Cit., hlm. 192
[13] Ibid., hlm. 193
[14] Ibid., hlm. 195-197

Tidak ada komentar:

Posting Komentar